KARYA ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI PERTAMA PADA NY.D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF DI BP – RB TIARA GROBOGAN PURWODADI

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI PERTAMA
PADA NY.D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF
DI BP – RB TIARA GROBOGAN
PURWODADI

Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Kebidanan



Oleh :
Nur Rifdah Kamila
NIM 3.07.061

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN
2010



HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI PERTAMA PADA NY. D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF DI BP – RB TIARA GROBOGAN PURWODADI TAHUN 2009 ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan Telogorejo Progam studi Diploma III Kebidanan pada

Hari :
Tanggal :





Semarang, 2009
Pembimbing



Bidan Niluh, SsiT



HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh NUR RIFDAH KAMILA NIM : 3.07.061 dengan judul ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI PERTAMA PADA NY. D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF DI BP – RB TIARA GROBOGAN PURWODADI TAHUN 2009 ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan Telogorejo Progam studi Diploma III Kebidanan pada

Hari :
Tanggal :



Tim Penguji
Penguji I Penguji II



……………………….. ………………………….





MOTTO






























RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Rifdah Kamila
Tempat / tanggal lahir : Semarang, 7 November 1986
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gusti Putri III No. 8 Perumnas Tlogosari Semarang
Riwayat Pendidikan :
• TK ABA 39 lulus tahun 1993
• SD Islam Hidayatullah lulus tahun 1999
• SLTPN 36 lulus tahun 2002
• SMK “Yayasan Pharmasi” lulus tahun 2005
• Akademi Kebidanan STIKES Telogorejo Tingkat III Semester VI













KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segenap rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI PERTAMA PADA NY.D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF” DI BP – RB TIARA GROBOGAN PURWODADI”
Tersusunnya karya tulis ini berkat bantuan, bimbingan, dorongan dan nasihat dari semua pihak sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dan perlu dikembangkan lebih lanjut dimasa mendatang.
Ucapan terima kasih tiada terhingga penulis sampaikan kepada:
1. dr. Murti Wirawan, selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo Semarang.
2. Bidan Sri Zakiyah, selaku Bidan pemilik BP –RB Tiara Grobogan Purwodadi
3. Ibu Niluh Sumini S. SiT, selaku Pembimbing materi dan teknis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Tim penguji dan penilai yang telah menelaah segala kebaikan dan kesempurnaan penulisan.
5. Segenap Dosen dan Staf Pendidikan Akademi Tologorejo Semarang.
6. Ny. D sekeluarga sebagai objek penulisan dalam pelaksanaan study kasus.
7. Mamaku, Abahku, kak na, kak win, yuda adikku, ay ay, tata, dan abi yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi serta dorongan moril dan materiil hingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan
9. Temen – teman seperjuangan
Kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini akan sangat bermanfaat untuk perbaikan penulisan selanjutnya.


Semarang, November 2009


Penulis















DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LABEL
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Ruang Lingkup Penulisan
E. Manfaat penulisan
F. Metode dan Teknik Penulisan
G. Sistematika Penulisan
Bab II. TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori Nifas
B. Konsep Dasar Teori ASI eksklusif
C. Konsep Dasar Teori Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas hari pertama dengn ASI Eksklusif
D. Landasan Hukum Nifas Dengan ASI eksklusif
Bab III. TINJAUAN KASUS
Langkah I : Pengkajian
Langkah II : Interpretasi Data
Langkah III : Masalah Potensial
Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Langkah V : Intervensi
Langkah VI : Implementasi
Langkah VII: Evaluasi
Bab IV. PEMBAHASAN
Bab V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemberian ASI eksklusif dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan.Walaupun pada kenyataannya kebanyakan dari ibu yang bekerja bermasalah dengan kebijakan ini karena hambatan waktu namun sebagai bidan harus berupaya untuk memberikan solusi dari hambatan ini melalui beberapa langkah.Pemberian ASI eksklusif ini tidak selamanya harus langsung dari payudara ibunya.Ternyata,ASI yang ditampung dari payudara ibu dan ditunda pemberiannya kepada bayi melalui metode penyimpanan yang benar relatif masih sama kualitasnya dengan ASI yang langsung dari payudara ibunya.Komposisi ASI sampai dengan 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi,meskipun tanpa tambahan makanan atau produk minuman pendamping.(Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas oleh: Ari Sulistyawati halaman: 24 )
Dari data yang diperoleh pada profil kesehatan Jawa Tengah (2007) menyatakan AKB diprovinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 10,48/1000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2006 yaitu 11,3/1000 kelahiran hidup.AKI diprovinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 116,3/1000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat dibanding tahun 2006 yaitu 101/1000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu di Jawa Tengah pada tahun 2007, paling banyak adalah pasca persalinan sebesar 41 % dan urutan penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 28,5 %, eklamsi 22 %, dan infeksi 10 %. Serta tempat kejadian meninggal terbanyak terjadi di Rumah sakit sebesar 70 %, dan dirumah sebesar 3 %.
Salah satu peran pemerintah daerah dalam menurunkan AKI dan AKB adalah memberi perhatian khusus pada kesehatan ibu melahirkan yang hingga kini masih minim. Dari APBD kesehatan, hanya 0,085% yang diperuntukkan ke sektor kesehatan ibu melahirkan. Pelatihan tenaga kesehatan terampil pun masih kurang mendapat perhatian pemerintah, di samping minimnya pembangunan infrastruktur dan fasilitas kesehatan penunjang. Ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah, khususnya di daerah.
Dalam program pemerintah daerah, bukan tidak mungkin bila dukun beranak diikut sertakan. AKI dan AKB yang tinggi selama ini juga disebabkan oleh tradisi masyarakat, terutama daerah pelosok, yang masih menggunakan jasa dukun beranak yang kurang memahami persoalan medis dan penanganan kegawatdaruratan persalinan untuk menolong persalinannya.
Sebanyak 86% Bayi di Indonesia tidak Diberi ASI Eksklusif. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan usia sekitar enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain selama enam bulan tersebut dengan menyusui secara eksklusif.
Pertumbuhan otak akan menentukan tingkat intelegensi seseorang yang dimulai sejak trimester ketiga umur kehamilan dan akan berakhir dalam periode 5-6 bulan pertama setelah kelahiran.
Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan system imun bayi < 6 bulan belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif Saat bayi berumur 6 bulan keatas, system pencernaannya sudah relative sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amylase, baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur < 6 bulan, sel – sel disekitar usus belum siap untuk kandungan dari makanan. Sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan sari – sari makanan yang belum sempurna pada beberapa kasus yang eksterm ada juga yang perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASI terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bulan. Dalam hal ini ketrampilan tenaga kesehatan sangat diperlukan guna menyelamatkan ibu. Mengingat hal tersebut diatas dan demi usaha meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kebidanan, penulis tertarik untuk mengambil study kasus ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF DI BP – RB TIARA GROBOGAN PURWODADI B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat dirumuskan masalah bagaimana Asuhan Kebidanan ibu nifas pada Ny. D PIIA0 dengan ASI eksklusif? C. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan karya tulis ilmiah inu meliputi : 1. Tujuan Umum Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan ibu nifas hari I padaNy. D PIIA0 dengan ASI eksklusif 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian yang dibutuhkan untuk menilai pada ibu nifas hari I pada Ny. D PIIA0 dengan ASI eksklusif b. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi masalah serta kebutuhan pada ibu nifas hari I pada Ny. D PIIA0 dengan ASI eksklusif c. Mengidentifikasi diagnosa masalah potensial pada ibu nifas hari I pada Ny. D PIIA0 dengan ASI eksklusif d. Menetapkan antisipasi segera terhadap masalah pada ibu nifas hari I pada Ny. D PIIA0 dengan ASI eksklusif e. Menyusun rencana asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan metode Hellen Varney f. Menyusun langsung asuhan secara efisien dan aman pada ibu nifas hari I pada Ny. D PIIA0 dengan ASI eksklusif g. Mengevaluasi asuhan yang sudah diberikan pada ibu nifas hari I pada Ny. D PIIA0 dengan ASI eksklusif D. RUANG LINGKUP PENULISAN Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membatasi tentang ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI PERTAMA PADA NY. D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF DI BP – RB TIARA GROBOGAN PURWODADI Pada tanggal 1 November 2010 dan mengambil landasan teori dari berbagai buku sumber. E. MANFAAT PENULISAN Manfaat yang bisa diambil dari penulisan KTI ini yaitu: 1. Manfaat bagi penulis Penulis dapat pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan yang tepat pada nifas hari I dengan ASI eksklusif sesuai dengan wewenang yang dimiliki. 2. Manfaat bagi Rumah Sakit Bidan dapat memberikan Asuhan yang tepat pada ibu nifas dengan ASI eksklusif sesuai dengan wewenang yang dimiliki dan dapat melakukan perbaikan jika dalam memberikan Asuhan kebidanan ada yang tidak sesuai dengan prosedur. 3. Manfaat bagi masyarakat Masyarakat yang membaca KTI ini dapat mengetahui Asuhan Kebidanan pada nifas hari I dengan ASI eksklusif yang dapat digunakan sebagai informasi khususnya ibu menyusui tentang keunggulan ASI eksklusif 4. Manfaat bagi institusi Dapat dipergunakan sebagai bahan mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dapat memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI eksklusif, serta menambah bahan bacaan di perpustakaan STIKES Telogorejo Semarang. F. METODE DAN TEKNIK PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Analitik Diskriptif dimana penulis mengumpulkan data subjektif dan data objektif serta menganalisa data. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penulisan karya tulis ini adalah: 1. Wawancara Yaitu serangkaian Tanya jawab yang dilakukan pada pertemuan tatap muka kepada pasien, suami dan keluarga dekat 2. Observasi Yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap pasien dari hari ke 1 sampai hari ke 3 guna mengetahui keadaan umum dan perubahan selanjutnya 3. Pemeriksaan Fisik Yaitu pengumpulan data tertentu untuk menunjang observasi yang lebih tepat a. Inspeksi : Pemeriksaan pada pasien dari ujung rambut hingga ujung kaki b. Palpasi : Pemeriksaan raba yang membantu menentukan diagnosa serta mengetahui adanya kelainan yang terjadi 4. Dokumentasi Mempelajari catatan resmi atau catatan kesehatan pasien direkam medic, pemeriksaan laboratorium, metode ini bisa digunakan penulis sebagai data penunjang dalam studi kasus ini (Priharjo,2007) 5. Studi Pustaka Studi Pustaka adalah mengumpulkan data dan teori-teori dari buku-buku sumber yang dijadikan bahan yang digunakan untuk pemecahan masalah (Notoatmodjo,2005) G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mengetahui secara menyeluruh dari penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis akan menguraikan sistematika penulisan dan penyusunan Bab I sampai Bab V, dimana diantara bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan: Bab I. Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, manfaat penulisan, metode memperoleh data, serta sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Teori. Terdiri dari teori medis dan teori manajemen kebidanan dari berbagai sumber buku yang dikaitkan langsung dengan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.D dengan nifas fisiologi Bab III. Tinjauan Kasus. Menguraikan tentang Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.D nifas hari I dengan ASI eksklusif di BP – RB Tiara Grobogan Purwodadi yang meliputi: pemantauan 2 jam post partum dan pengkajian sesudah 2 jam post partum serta mengkaji pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, interpretasi data, identifikasi diagnosa atau masalah potensial, identifikasi tindakan segera, perencanaan Asuhan kebidanan, pelaksanaan Asuhan kebidanan, dan evaluasi. Bab IV Pembahasan. Berisikan pembahasan dari langkah pertama sampai langkah ke tujuh dengan melihat kesenjangan antara teori dengan kasus yang nyata dan memberikan alternative pemecahannya. Bab V Penutup. Meliputi kesimpulan dan saran, merupakan intisari dari pembahasan berdasarkan tujuan penulisan dan saran yang memberikan alternatif pemecahan masalah yang realistis dan operasional, disesuaikan dengan keadaan dilapangan. BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR TEORI NIFAS 1. Pengertian Nifas / Puerperium a. Nifas adalah masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti semula keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira – kira 6 minggu. ( Saifuddin, Abdul Bari, 2002 : 122 ) b. Masa nifas adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sarwono. 2005 : 237) c. Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Sumber : Bahiyatun, S.Pd, S.SiT 2009 ). d. Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang dikeluarkan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal. Dijumpai 2 kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, Manuaba. 1998 : 190) 2. Klasifikasi Masa Nifas a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan ( s/d 40 hari ) b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu c. Remote Puerperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Lamanya bisa berminggu – minggu 3. Perubahan – Perubahan masa nifas a. Involusi rahim Melalui proses metabolism jaringan, berat rahim dengan cepat menurun dari sekitar 1000 gram pada saat kelahiran menjadi 50 gram pada sekitar 3 minggu masa nifas. Servik juga kehilangan elastisitasnya dan kembali kaku seperti sebelum kehamilan Tabel Proses Involusi Uteri Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi serviks Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut / Lunak Pada akhir minggu 1 450 gram 7,5 cm 2 cm Pada akhir minggu 2 200 gram 5,0 cm 1 cm Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit b. Vagina Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti sebelum kehamilan jaringan supurtif pada lantai pelvis berangsur – angsur kembali pada tonus semula c. Lokhea 1) Lokhea Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan 2) Lokhea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3 – 7 pasca persalinan 3) Lokhea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 8 – 14 pasca persalinan 4) Lokhea Alba : berwarna cairan putih setelah 2 minggu 5) Lokhea Purulenta : apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk 6) Lokiastasis : lokia tidak lancar keluarnya d. Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. Sumber: ( Siti Saleha 2009 ) e. Serviks Segera setelah berakhirnya kala IV, servik menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai.Servik tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior.Servik akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang servik lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum. Sumber: ( Siti Saleha 2009 ) f. Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut : 1) Produksi susu 2) Sekresi susu atau let down Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan proklatin ( hormon laktogenik ). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek proklatin pada payudara mulai bisa dirasakan. Sumber: ( Siti Saleha 2009 ) g. Sistem pencernaan Setelah kelahiran placenta, terjadi pula penurunan produksi progesteron, sehingga menyebabkan nyeri ulu hati dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks hambatan defekasi karena danya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomi. (Sumber : Bahiyatun, 2009 ). h. Sistem Perkemihan Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena saluran urine mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan. (Sumber : Bahiyatun, 2009 ). i. Sistem Endokrin Saaat placenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasma. (Sumber : Bahiyatun, 2009 ). j. Sistem kardiovaskular Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke- 3 postpartum. (Sumber : Bahiyatun, 2009 ). k. Perubahan Psikososial 1) Fase Taking in Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya. 2) Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. 3) Fase letting go Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. 4) Baby Blues ( Post Partum Blues ) Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sbb: a) Cemas tanpa sebab b) Menangis tanpa sebab c) Tidak sabar d) Tidak percaya diri e) Sensitive f) Mudah tersinggung g) Merasa kurang menyayangi bayinya l. Kembalinya haid dan ovulasi Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali pada 6 – 8 minggu setelah kelahiran meskipun ini sangat bervariasi. Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi beberapa bulan terutama pada ibu – ibu yang menyusui bayi, penyuluhan dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tidak dikehendaki. ( Hacker / Moore, 2001 : 145 ) 4. Program Kebijakan Teknis Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah yang terjadi. Kunjungan masa nifas terdiri dari : a. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan Tujuannya : 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2) Mendekteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4) Pemberian ASI awal 5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi 6) Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermi b. Kunjungan II : 6 Hari setelah persalinan Tujuannya : 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tdak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal. 3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, minuman dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan memperhatikan tanda-tanda penyakit. 5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. c. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan Tujuannya : sama dengan di atas (6 hari setelah persalinan). d. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan. Tujuannya : 1) Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami. 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Sumber :Bahiyatun, 2009) 5. Proses Laktasi dan Menyusui a. Anatomi payudara Selama kehamilan, hormone estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiverus didalam mammae atau payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang bersinambungan disebabkan oleh proses menyusui.Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel mioepitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus untuk disimpan. Pada saat bayi menghisap putting, ASI didalam sinus tertekan dan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat dipicu tanpa ransangan isapan. Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar bayi menangis atau sekadar memikirkan tentang bayinya. (sumber: Bahiyatun, 2009) b. Fisiologi Menyusui Selama kehamilan estrogen yang disekresi dalam jumlah besar oleh plasenta, menyebabkan sistem saluran air susu (ductus lactiferus) tumbuh dan bercabang - cabang. Juga merangsang pertumbuhan jaringan ikat dan penimbunan lemak yang memberikan massa pada payudara. Sedangkan progresteron, yang juga disekresi oleh plasenta menyebabkan lobulus-lobulus, pertunasan alveolus dan perkembangan sekret khas dalam sel pada alveolus, sehingga selama hamil buah dada membesar 2-3 kali ukuran biasanya (keadaan tidak hamil) dan saluran air susu serta alveolus dipersiapkan untuk menyusukan. Setelah melahirkan mekanisme menyusukan dikontrol oleh dua macam refleks yaitu : 1) Refleks Produksi Susu (Prolactin Reflex) Rangsangan isapan mulut bayi pada papilla mammae diteruskan ke hipotalamus yang kemudian menekan pengeluaran faktor penghambat prolaktin (prolactin inhibitory faktor ), dengan demikian memungkinkan hypofise anterior mensekresi prolaktin sehingga menyebabkan sel - sel pada alveolus menghasilkan air susu. 2) Refleks Aliran ke Bawah (Let Down Reflex) Rangsangan isapan mulut bayi pada papilla mammae merangsang ujung saraf sensoris di papilla mammae, rangsangan diteruskan ke hipotalamus dan kemudian ke hypofise posterior, sehingga mengsekresi oksotosin yang menyebabkan mioepitel sekitar alveolus berkontraksi memeras air susu masuk ke dalam dua ductus lactiferus dibawa ke sinus dan keluar lewat pori - pori kecil di papila mammae. (Sumber : Siti Saleha : 2009) B. KONSEP DASAR ASI EKSKLUSIF 1. Pengertian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. ASI EKSKLUSIF adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bayi hanya diberi ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin, mineral, dan ASI yang diperah. Menurut Utami (2005), ASI eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun negara. Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1667 bayi selama 12 bulan (Pediatric, 2001. Arifeen, S) mengatakan bahwa : ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. 2. Manfaat ASI eksklusif a. Manfaat bagi bayi 1) Komposisi sesuai kebutuhan. 2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan. 3) ASI mengandung zat pelindung. 4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat. 5) Menunjang perkembangan kognitif. 6) Menunjang perkembangan penglihatan. 7) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak. 8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat. 9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri. b. Manfaat bagi ibu 1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula. 2) Mencegah anemia defisiensi zat besi. 3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil. 4) Menunda kesuburan. 5) Menimbulkan perasaan dibutuhkan. 6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium. c. Manfaat bagi keluarga 1) Mudah dalam proses pemberiannya. 2) Mengurangi biaya rumah tangga. 3) Bayi yang mendapatkan ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat. d. Manfaat bagi negara 1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan. 2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan penglengkapan menyusui. 3) Mengurangi polusi. 4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. (Sumber : Siti Saleha : 2009) ASI sangat bermanfaat karena mempunyai sifat sebagai berikut: a. Makanan alamiah (natural), ideal, fisiologis b. Mengandung nutrient yang lengkap dengan komposisi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan bayi yang sangat cepat, yaitu bulan-bulan pertama berat badan bayi dapat meningkat kurang lebih 30%. c. Nutrient yang diberikan selalu dalam keadaan segar dan suhu yang optimal dan bebas dari bakteri pathogen. d. Mengandung zat anti dan kekebalan lain yang dapat mencegah berbagai penyakit infeksi terutama usus. e. Mengurangi kejadian eksim atopik. Manfaat ASI eksklusif enam bulan bagi bayi a. ASI adalah satu – satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga ia berusia enam bulan b. Menunda pemberian makanan padat memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai penyakit c. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang d. Menunda pemberian makanan padat mengurangi resiko alergi makanan e. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat besi 3. Keuntungan Ibu melakukan ASI eksklusif a. Praktis, mudah dan murah b. Sedikit kemungkinan terjadi kontaminasi dan tidak terjadi kekeliruan dalam mempersiapkan makanan. c. Menjalin hubungan psikologis yang erat antara ibu dan bayi. d. Memberi keuntungan pencegahan karsinoma payudara. e. Mempercepat pengembalian besarnya rahim pada bentuk dan ukuran sebelum mengandung. f. Terdapat lactional infertility hingga memperpanjang child spacing. 4. Penyimpanan ASI a. ASI dapat disimpan dalam botol gelas / plastic, termasuk plastic klip, kurang lebih 80 – 100 cc b. ASI yang disimpan dalam frezzer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 2 hari c. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4°C d. ASI beku tidak boleh dimasak / dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam dalam air hangat Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI dirumah : a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir b. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari es / frezzer c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer Setelah di peras 6-8 jam (kurang lebih 26 derajat C) 3-5 hari (kurang lebih 4o C) 2 mg freezer jadi 1 dg refrigerator, 3 bl dg pintu sendiri, 6-12 bln.(kurang lebih -18o C) Dari frezeer, di simpan di lemari es (tdk di hangatkan) 4 jam atau kurang (minum berikutnya) 24 jam Jangan dibekukan ulang ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer Dikeluarkan dari lemari es (di hangatkan) Langsung diberikan 4 jam/ minum berikutnya Jangan dibekukan ulang Sisa minum bayi Minum berikutnya Buang Buang 5. Produksi ASI Tanpa melihat apakah seorang ibu kelak akan menyusui bayinya atau tidak, buah dada ibu telah dipersiapkan untuk laktasi oleh hormon-hormon yang disekresi selama kehamilan. Selama kehamilan ini jumlah alveoli meningkat dan mengalami perubahan-perubahan guna mempersiapkan produksi ASI. Agar ASI dapat dikeluarkan, diperlukan hormon oksitosin yang disekresikan oleh glandula pituitaria posterior atas rangsangan isapan bayi. Oksitosin ini menyebabkan jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontraksi yang dengan demikian mendorong ASI menuju ductus. Proses ini disebut dengan “let down” reflex. Berdasarkan waktu diproduksinya, ASI dibagi menjadi 3, yaitu : a. Kolostrum 1) Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. 2) Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah. 3) Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur. 4) Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. b. Air susu masa peralihan ( masa transisi ) 1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. 2) Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5 c. Air susu matur 1) ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke-3 sampai ke-5 barulah komposisi ASI konstan. 2) Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. Ada sebagian Ibu menyusui yang takut untuk memompa ASInya, karena ASI akan terbuang dan berkurang. Padahal teori yang betul adalah semakin sering ASI dipompa akan semakin banyak ASI berproduksi. Untuk memompa ASI, sebaiknya langsung memassage payudara dengan menggunakan tangan kita dari pada memompa dengan menggunakan alat, karena dengan menggunakan tangan ASI akan semakin terangsang untuk dapat berproduksi. Hasil yang di dapatkanpun akan lebih banyak dengan menggunakan tangan dibandingkan dengan menggunakan alat pompa 6. Volume Produksi ASI Volume ASI yang dikeluarkan berkisar antara 0,5 – 1,5 liter/hari, terutama bergantung pada kebutuhan bayi, pola pemberian ASI dan status gizi. Komposisi ASI tidak tergantung pada status gizi ibu, kecuali status gizi ibu malnutrisi berat. Bahkan menyusui hingga 2 tahun pun, kualitas ASI masih dipertahankan meskipun jumlahnya menjadi sangat kurang. 7. Komposisi ASI Komposisi ASI terdiri atas berbagai macam faktor proteksi, yaitu : a. Imunoglobulin : seperti IgA, IgM, IgD dan IgE b. Laktoperiodase : enzim ini bersama dengan perokdase hidrogen dan tiosianat membantu membunuh streptococcus. c. Faktor bifidus : merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen. Mempunyai konsentrasi di dalam ASI 40 kali lebih tinggi dibanding dengan konsentrasi yang ada di susu sapi. Fungsi faktor ini untuk mencegah pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti kuman E.coli patogen. d. Faktor anti stafilokokus : merupakan asam lemak dan melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus. e. Laktdarierin dan transferin : protein-protein ini memiliki kapasitas mengikat Fe / zat besi dengan baik hingga mengurangi tersedianya zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan f. Komponen komplemen : sistem komplemen terdiri dari 11 protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produksi kuman dan enzim. Komplemen C3 dan C4 terdapat dalam ASI. Dalam kolostrum terdapat konsentrasi C3 lebih tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti. g. Sel makrdariag dan netrdariil dapat melakukan fagositosis itu terhadap Stafilokokus, E.coli dan Candida albicans. h. Lipase : merupakan zat antivirus 8. Manajemen Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya- upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut : a. Pada masa kehamilan (antenatal) 1) Memberikan 2) penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. 3) Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Di samping itu perlu dipantau ada kenaikan berat badan ibu hamil. 4) Perawatan payudara mulai usia kehamilan 6 bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. 5) Memperhatian gizi / makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil. 6) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini diperlukan keluarga, terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal) 1) Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yaitu tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu. 2) Membantu terjadinya kontak langsung antara ibu dan bayi selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. 3) Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S) dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan. c. Pada masa menyusui selanjutnya (postnatal) 1) Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi. 2) Perhatikan gizi / makanan ini menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum 8 gelas / hari. 3) Ibu menyusui harus istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. 4) Perhatian dan dukungan keluarga penting terutama suami untuk menunjang keberhasilan menyusui. 5) Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam. 6) Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bayi mereka. 7) Memperhatikan gizi / makanan anak, terutama mulai 6 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas. 9. Cara Pemberian ASI Ibu hendaknya duduk dengan enak di kursi dengan sandaran, hingga punggung ditunjang oleh sandaran tersebut. Gerakan puting susu di ujung mulut bayi untuk merangsangnya hingga puting akan dimasukkan ke dalam mulutnya dengan bibir menutup aerola, akan tetapi jangan sampai lubang hidung bayi tertutup hingga sukar bernafas. Mungkin ASI belum keluar, akan tetapi pengisapan ini memberi rangsangan bagi pembuatan ASI. Pada hari pertama jangan biarkan bayi menghisap terlalu lama untuk menghindarkan rasa sakit pada puting. 10. Lama Menyusui Dalam dua hari pertama produksi ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari berikutnya bayi dapat menyusui selama 15 – 20 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar pada 5 – 10 menit pertama dari tiap payudara. Sebaiknya harus diperhatikan bahwa bayi yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar, mungkin juga oleh mulas (kolik, gerakan usus yang berlebihan, sedang sakit dan sebagainya). 11. Langkah Mencapai ASI eksklusif WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah – langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif a. Menyusui dalam 1 jam setelah kelahiran b. Menyusui secara eksklusif Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun c. Menyusui bayi on-demand, sesering yang bayi mau. Siang dan malam d. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng e. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan disaat tidak bersama anak f. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang 12. Gizi Ibu Menyusui Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kcal/hari, seorang ibu menyusui memerlukan asupan rata rata 2700 kcal dalam kesehariannya. Tambahan sebesar 500-700 kcal tersebut tak lain diperlukan Untuk keperluan biosintesis ASI. Ekstra energi tersebut pun tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan yang dikonsumsi busui sehari hari. 200 kcal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang telah dibentuk sejak dimulainya proses kehamilan. Sisa 300-500 kcal/hari lah yang baru diharapkan diperoleh dari intake makanan keseharian sang ibu. Jadi tidak tepat bila dikatakan seorang busui harus makan dengan porsi “besar besaran” agar tidak kelaparan dan produksi ASI lancar. Asupan energi busui yang kurang dari 1500 kcal per hari ternyata dapat menurunkan produksi ASI sebesar 15%. Kandungan total lemak pun akan menurun disertai dengan perubahan pola asam lemak yang ada. Komponen imun dalam ASI (juga kolostrum) kuantitasnya akan rendah seiring dengan semakin buruknya status nutrisi busui. Di daerah yang termasuk endemik defisiensi Vitamin A, diharapkan para ibu mengkonsumsi suplementasi vitamin A sebanyak 200.000 IU. Asupan tambahan vitamin tersebut hendaknya diberikan selama delapan minggu pertama setelah persalinan. Pemberian selama masa kehamilan hendaknya dihindari mengingat mungkin munculnya efek teratogenik pada janin. Suplementasi yodium juga perlu dilakukan pada bumil dan busui di daerah yang tergolong mengalami defisiensi yodium. Dengan pemberian supplementasi diharapkan konsentrasi mikronutrisi tersebut dapat meningkat dalam tubuh ibu. Pemberian supplementasi makanan idealnya dimulai sebelum sang ibu menjalani kehamilan. Upaya tersebut juga perlu diteruskan saat mengandung bahkan setelah persalinan. Si kecil sendiri akan mendapatkan manfaat langsung dari pemberian suplementasi pada bumil dan busui walau perbaikan status gizi sang ibu belum memberikan hasil yang relevan. Berikut ini adalah beberapa cara lain untuk memperbanyak ASI; a. Tentu saja makanan yang di konsumsi harus makanan yang bergizi, b. Minum susu madu c. Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari d. Sayur Hijau dapat membantu menghasilkan ASI (Misalnya; sayur daun katuk dan bayam, sayur jantung pisang, sayur daun pepaya dll) e. Kacang-kacangan juga bagus untuk memproduksi ASI (misalnya : kacang hijau atau kacang goreng / rebus bisa dijadikan camilan untuk ibu menyusui) f. Banyak makan buah-buahan yang mengandung air g. Jangan stress, sedih, marah atau perasaan-perasaan negatif lainnya h. Tambahkan vitamin bila diperlukan i. Perawatan Putting Susu pada Ibu Menyusui Tentang puting mendatar / masuk, Ibu harus rajin memassage dengan menarik – narik puting kearah luar menggunakan baby oil atau bisa juga dicoba dengan menggunakan ’suntikan’, atau ’sambungan puting’ yang banyak tersedia di toko-toko bayi. Kalau sianak mengigit, ibu harus bersabar mungkin karena posisi menyusui yang salah, atau mungkin karena sianak kesulitan mencari puting. Jangan dipaksa apabila sianak tidak mau ASI, karena pemaksaan dapat membuat trauma. Biasanya karena terlalu lama menggunakan dot, sianak jadi malas kembali ke ASI, karena dengan bantuan dot sianak tidak harus bersusah payah mencari puting, susu sudah dapat keluar dengan sendirinya. Pada saat sianak tidak mau kembali ke ASI, biasanya ini disebut juga sebagai ‘bingung puting’. Untuk mengatasi ini diperlukan kesabaran, ketelatenan dan kasih sayang ibu terhadap anak. C. KONSEP DASAR TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN ASI EKSKLUSIF Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir sampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut akan diuraikan dan diaplikasikan dengan Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.D PIIA0 dengan ASI eksklusif di BP – RB Tiara Grobogan Purwodadi 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Adalah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam memecahkan masalah klien secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa, diagnose, perencanaan tindakan sampai dengan evaluasi (Christina, Lia, 1997 : 15) 2. Tujuan Manajemen Kebidanan Memberikan pemecahan masalah bagi pasien dengan menggunakan metode yang terorganisir secara sistematis 3. Manfaat Manajemen Kebidanan Memberikan pengertian untuk mempersatukan hasil penemuan dan penilaian yang terpisah menjadi satu kesatuan yang terfokus dalam melaksanakan manajemen pada pasien 4. Metode Hellen Varney Langkah – langkah metode manajemen kebidanan menggunakan metode Hellen Varney : Langkah – langkah manajemen kebidanan : Langkah I : Pengumpulan data dasar untuk evaluasi pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kebidanan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik serta tindakan dan catatan saat ini atau lalu, pemeriksaan penunjang dan tindakan lainnya. Semua informasi dari sumber yang berhubungan dengan pasien. Kegiatan yang dilakukan bidan pada langkah ini adalah mengumpulkan data dari anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang lainnya. Data yang dikumpulkan dapat berupa data subyektif dan atau data obyektif - Data Subyektif : data yang diperoleh melalui klien. Semua data yang dirasakan atau disampaikan klien kepada bidan dijadikan sebagai data subyektif - Data Obyektif : data yang diperoleh melalui pemeriksaan pada klien yang meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium, obstetric dan termasuk pemeriksaan tambahan yang dilakukan Uraian berikut mengupas tentang data yang perlu dikaji oleh seorang bidan pada pasien post partum. Hari : Tanggal: Jam : ( Komponen tersebut selalu dicantumkan pada setiap awal pengkajian. Dengan demikian bidan dapat mengetahui kapan dan orientasi waktu dalam melakukan pengkajian ) Data subyektif a. Identitas klien a. Nama pasien dan suami Dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang lain, jadi identifikasinya harus benar – benar jelas b. Umur Dikaji untuk mengetahui apakah klien resiko tinggi, primigravida atau primitua, untuk mengarahkan bidan dalam memeberikan asuhan c. Agama Dikaji untuk mengetahui agama ibu berkaitan dengan cara menuntun ibu berdoa pada saat proses persalinan. d. Suku / Bangsa Dikaji untuk mengetahui bahasa yang digunakan ibu sehari-hari, latar belakang, social budaya, karakteristik dan komunikasinya e. Pendidikan Dikaji untuk mengetahui pendidikan ibu terakhir berkaitan dengan cara penyampaian bimbingan berkaitan dengan proses persalinan. f. Pekerjaan Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat melakukan perawatan ibu dan bayinya setelah pulang ke rumah dan tidak terbentur dengan pekerjaan yang dilakukan dan untuk mengetahui status ekonomi g. Alamat Dikaji untuk mengetahui wilayah domisilinya yang membedakan dengan pasien yang lain b. Alasan Masuk Dikaji untuk mengetahui alasan ibu datang. c. Keluhan Utama Dikaji untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan oleh ibu untuk membantu menegakkan diagnosa dengan melihat tanda dan gejala yang ada d. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat kesehatan dahulu. Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang dapat menjadi factor penyebab dan secara langsung mempengaruhi masa nifas. 2) Riwayat kesehatan sekarang Untuk mendeteksi adanya kelainan dan kondisi yang mengarah ke resiko. 3) Riwayat kesehatan keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat riwayat penyakit menular, genetalia dan penyakit kongenital e. Riwayat Perkawinan 1) Umur perkawinan : untuk mengetahui kematangan psikologi ibu 2) Lama perkawinan : untuk mengetahui kemungkinan fertile / infertilenya 3) Berapa kali : untuk mengetahui gravida dengan suami 1 dan 2 f. Riwayat Obstetric 1) Riwayat menstruasi a) Menarche : untuk mengetahui adanya kelainan pada organ reproduksi bagian dalam b) Siklus : menentukan pada dugaan ada tidaknya kelainan menstruasi mengenai lama siklus dan keteraturannya c) Lama : untuk mengetahui ada tidaknya kelainan siklus d) Jumlah : untuk mengetahui banyak sedikitnya darah yang keluar e) Warna : untuk membedakan warna yang fisiologis dengan yang kelainan f) HPHT : untuk mengetahui umur kehamilan g) Keluhan : untuk mengetahui adanya keluhan yang mengikuti yang mengarah ke pathologhis 2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Dikaji untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu apakah bermasalah atau tidak. 3) Riwayat kehamilan sekarang a) HPL untuk mengetahui perkiraan persalinan b) Umur kehamilan untuk mengetahui kehamilan ini aterm atau tidak c) Ditanyakan kapan merasakan gerakan anak untuk yang pertama kali d) Ditanyakan kelengkapan imunisasi TT untuk mengetahui apakah ibu sudah mempunyai perlindungan pada janin terhadap penyakit tetanus neonatorum e) Keluhan selama hamil untuk mengetahui keadaan pada masa kehamilan per trimester f) Kebiasaan yang dijalankan oleh ibu selama masa kehamilan yang sekiranya mendatangkan akibat yang kurang baik bagi kehamilannya itu 4) Riwayat persalinan sekarang Untuk mengetahui ada tidaknya kondisi yang mengarah ke pathologis dan memerlukan tindakan penanganan segara 5) Riwayat nifas sekarang Untuk mengetahui kondisi ibu dan penerimaan ibu terhadap masa nifas ini baik penerimaan pada bayinya maupun pada kondisi fisiknya g. Riwayat KB Untuk mengetahui berapa kali atau berapa lama dan jenis kontrasepsi yang digunakan, apakah ada hubungan dengan kehamilan dan persalinan saat ini h. Pola kebutuhan sehari – hari 1) Pola Nutrisi Untuk mengetahui asupan nutrisi ibu yang mungkin dapat membantu dalam proses penyembuhan dan pengembalian luka selepas persalinan 2) Pola Eliminasi Untuk mengetahui apakah ibu mengalami gangguan atau tidak dalam hal BAB / BAK selama masa nifas ini 3) Pola Aktifitas Pekerjaan Untuk mengetahui apakah ibu sudah dapat melakukan mobilitas dini pada masa nifas ini 4) Pola Istirahat Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehubungan dengan kondisi umum pasien selama nifas ini 5) Personal Hygiene Untuk mengetahui pola kebersihan vulva dan vagina sehubungan dengan bahaya infeksi pada luka heacting bila ada 6) Pola Sexual Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pola seksual, kapan mulai dilakukan dan keluhan yang timbul i. Psikososial spiritual 1) Tanggapan ibu terhadap kondisi yang dialami perlu dikaji untuk mengatasi perasaan ibu setelah bersalin 2) Tanggapan ibu terhadap bayinya untuk mengetahui penerimaan terhadap ibu terhadap bayi yang telah dilahirkan dan rencana ibu dalam menyusui bayinya yang nanti akan berpengaruh terhadap psikologis ibu 3) Mekanisme koping perlu dikaji sehubungan dengan cara pertahankan diri kaitannya dengan mempermudah dalam pemecahan masalah yang mungkin dialami dan pengambil keputusan dalam keluarga 4) Hubungan dengan lingkungan sekitar perlu dikaji tentang hubungan keluarga dan lingkungan sekitar 5) Hubungan spiritual perlu dikaji sehubungan dengan pola dan frekuensinya j. Data pengetahuan klien tentang kondisi saat ini perlu dikaji untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan klien tentang nifas dan bilamana pengetahuan klien kurang Data Objektif a. Pemeriksaan umum 1) Keadaan umum Apakah ibu tampak sehat / lemah dan lemas, hal ini timbul pada ibu nifas yang kelelahan atau mengalami komplikasi lain 2) Kesadaran Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dalam kondisi sadar atau tidak. 3) Tanda-tanda vital a) Tekanan darah : apakah pasien mengalami penurunan pada sistolnya 20 mmHg / penambahan 30mmHg dimana kondisi ini masih dianggap normal b) Nadi : Apakah ibu mengalami peningkatan / penurunan denyut nadi c) Suhu : Apakah mengalami peningkatan suhu badan >38°C yang dianggap tidak normal terutama terjadi berturut – turut selama 2 hari atau tidak
d) Respiratory rate : Apakah ibu mengalami hiperventilasi sehingga frekuensi nafas >16-24 kali/menit
4) BB, TB, lila
Dikaji untuk mengetahui apakah BB, TB, dan lila ibu dalam batas normal atau tidak.
b. Pemeriksaan fisik
Melakukan pengkajian pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki untuk mengetahui apakah ibu dalam kondisi normal, sehingga tidak mengganggu proses nifas pada ibu.


c. Pemeriksaan obstetric
1) Inspeksi
a) Muka
Dikaji untuk mengetahui apakah ada cloasmgravidarum atau tidak.
b) Dada dan abdomen
c) Genitalia
Perlu dikaji tentang keadaan genetalia apakah bersih atau kotor, adakah luka jahitan pada perineum dan bagaimana pengeluaran lokhea
2) Palpasi
a) Payudara
Perlu dikaji keadaan mamae pada ibu nifas sehubungan dengan kelancaran dalam proses laktasi, putting susu menonjol atau tidak, ada tidaknya gangguan dalam proses laktasi
b) Abdomen
Perlu dikaji tentang involusio uteri, keadaan tinggi fundus uteri apakah involusinya sudah sesuai dengan waktunya, kontraksi uterus apakah baik, keras / tidak
3) Perkusi
Untuk mengetahui reflek patella ibu apakah baik atau tidak.


d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb perlu dilakukan dan dikaji untuk menunjang diagnose bila ibu mengalami anemia serta penanganannya sesuai tingkatannya

Langkah II : Identifikasi masalah, diagnosa, kebutuhan yang memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan
Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi masalah, diagnosa atau kebutuhan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan.
Diagnosa kebidanan meliputi :
a. Diagnosa
P … A … , … hari post partum nifas fisiologis
Data dasar : Riwayat persalinan, nifas
Riwayat persalinan sekarang, tanggal, jam berapa bayi lahir TTV, TFU, kontraksi uterus, PPV Colostrum sudah keluar atau belum
b. Masalah : -
c. Kebutuhan
Informasi tentang kondisi yang dialami sekarang.
Data dasar : ibu kurang memahami kondisi yang dialami sekarang



Langkah III : Diagnosa potensial
Adalah mengidentifikasi masalah berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa terbaru dimana membutuhkan antisipasi pencegahan bila memungkinkan.
Diagnosa potensial yang muncul pada masa nifas lanjut adalah :
Potensial terjadi infeksi puerperium
Data dasar : Peningkatan suhu
Tachicardi
Nyeri

Langkah IV : Antisipasi
Antisipasi atau tindakan segera adalah suatu tindakan yang dilakukan segera dalam setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang dilakukan segera dalam setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang spesifik yang disusun berdasarkan prioritas masalah.
Antisipasi yang dilakukan adalah :
Diagnosa terjadinya infeksi puerperalis.
Penanganan :
Sebaiknya dilakukan pembiakan ( kultur ) dari secret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotic yang tepat dalam pengobatan.
Berikan anti biotic dalam dosis yang cukup dan adekwat

Langkah V : Intervensi
Adalah merencanakan asuhan yang menyeluruh dan merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
a. Diagnosa
Observasi kondisi umum, kesadaran, TTV, PPV, TFU, mamae
b. Masalah : -
c. Kebutuhan :
Informasi yang menunjang kondisi yang dialami ibu sekarang

Langkah VI : Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun
a. Diagnosa
Mengobservasi KU, Kesadaran, TTV, PPV, TFU, mamae
Mengobservasi kontraksi uterus
b. Masalah : -
c. Kebutuhan
Memberi informasi yang menunjang kondisi yang dialami oleh ibu

Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir untuk pengecekan suatu hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang diterapkan

a. Tujuan
Masalah, kebutuhan, diagnosa potensial dapat terselesaikan sehingga ibu dan bayi sejahtera
Bilamana masalah, kebutuhan, diagnosa potensial tidak terselesaikan maka dilaksanakan kembali pengkajian guna pemberian intervensi selanjutnya
b. Tindakan
Semua intervensi dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik
Semua intervensi yang belum sepenuhnya dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik, kemudian dilaksanakan pengkajian mengenai factor penyebab kurang lancarnya pelaksanaan intervensi guna memberikan intervensi yang lebih sesuai dengan kondisi pasien.

D. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI BIDAN
1. Peran Bidan
a. Peran pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memberikan asuhan kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan secara langsung kepada klien berdasarkan stadart dan protokol
b. Peran pengelola
Sebagai pengelola, bidan memimpin dan mengkoordinasikan unsur – unsur dan kegiatan praktek kebidanan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, di daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Pelayanan kebidanan dapat dilaksanakan secara mandiri baik dalam praktek pribadi atau dalam unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, puskesmas dan masyarakat
c. Peran pendidik
Bidan memberikan pelayanan pendidikan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam hal – hal yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, masa laktasi, KB, pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak, gizi, pemeliharaan kesehatan dan masalah – masalah kesehatan serta penanggulangannya. ( Christina, Lia, 1997 : 22 – 23 )
d. Peran peneliti ( Investigator )
Sebagai peran peneliti, bidan dengan dasar keilmuan yang dimiliki dapat melaksanakan penelitian terapan (investigator) baik secara mandiri, bersama atau sebagai anggota kelompok peneliti dalam bidang kesehatan dan kesehteraan ibu dan anak
2. Fungsi Bidan
a. Fungsi mandiri
Bidan bekerja secara mandiri dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien, sesuai dengan tanggung jawabnya. Dasarnya standart praktek dan protokol. ( Christina, Lia, 1997 : 24 )
b. Fungsi kolaborasi
Bidan dalam asuhan kebidanan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan bersama – sama, saling ketergantungan satu sama lain (interdependent) dengan tim kesehatan lain (dokter dll). Dalam fungsi kolaborasi bidan melaksanakan tindakan konsultasi, kolaborasi dan melaksanakan system rujukan. ( Christina, Lia, 1997 : 24 )
c. Fungsi ketergantungan
Bidan dalam menerapkan manajemen kebidanan pada asuhan kebidanan pada klien sesuai dengan konsultasi dan rujukan
3. Kompetensi Bidan
Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
Kompetensi no. 5 : bidan memeberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat
Pengetahuan dasar :
a. Fisiologi nifas
b. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan / abortus
c. Proses laktasi / menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkaan payudara, abses, mastitis, putting susu lecet, dan putting susu masuk
d. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih
e. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir
f. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus
g. “Bounding attachment” orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif
h. Indikator subinvolusi : misalnya pendarahan yang terus menerus, infeksi
i. Indikator masalah – masalah laktasi
j. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan pre eklamsia post partum
k. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti : anemia kronis, hematoma vulva, retensi urin dan incontinetia alvi
l. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus
m. Tanda dan gejala komplikasi abortus
Ketrampilan dasar
a. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran
b. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu
c. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan / luka jahitan
d. Merumuskan diagnose masa nifas
e. Menyusun perencanaan
f. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif
g. Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir
h. Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu
i. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai
j. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal : sisa plasenta, renjatan dan infeksi ringan
k. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan
l. Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca aborsi
m. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu
n. Memberikan antibiotika yang sesuai
o. Mencatat dan mendokumentasikan temuan – temuan dan intervensi yang dilakukan

E. LANDASAN HUKUM NIFAS DENGAN ASI EKSKLUSIF
Dalam melakukan Asuhan Kebidanan Nifas harus sesuai dengan landasan hukum, wewenang dan standart Bidan dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, sebagai berikut :
1. Standart Pelayanan Nifas
2. Kepmenkes no. 900 / Menkes / SK / VII / 2002
a. Pasal 14
Bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan kebidanan
2) Pelayanan KB
3) Kesehatan masyarakat
b. Pasal 15 ayat 2
Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan antara atau periode interval.
c. Pasal 16 ayat 1
Pelayanan kebidanan ibu meliputi penyuluhan dan konseling, pemeriksaan fisik, pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan.
d. Pasal 18
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk meningkatkan pemeliharan dan penggunaan ASI.
e. Pasal 20
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak.
f. Pasal 24
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.
g. Pasal 25
Bidan dalam melaksanakan prakteknya sesuai dengan kewenangan yaitu :
1) Menghormati hak pasien.
2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
4) Memberi informasi tentang pelayanan yang akan diberikan.
5) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
6) Melakukan cacatan medik (medical record) dengan baik.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS FISIOLOGI
HARI I PADA NY.D PIIA0 DENGAN ASI EKSKLUSIF
DI BP – RB TIARA GROBOGAN PURWODADI

Tanggal pengkajian : 2 November 2009
Jam : 07.00 WIB
Tempat pengkajian : BP – RB Tiara purwodadi
Nama mahasiswa : Nur Rifdah Kamila
NIM : 3.07.061

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas
1) Identitas pasien
Nama : Ny. D
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kuwaron - Gubug
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. T
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kuwaron - Gubug
b. Alasan masuk
Ibu pemantauan 1 hari post partum
c. Keluhan utama
Perut masih terasa mulas
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan bahwa dahulu ibu tidak pernah menderita penyakit hepatitis, jantung, asma, ginjal, TBC, DM, malaria, dan HIV/AIDS. Ibu belum pernah menderita penyakit serius sehingga dirawat di RS dan ibu belum pernah menjalani operasi kandungan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 2 November 2009 ibu mengeluh perutnya masih terasa mules, TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, konsistensi keras, PPV Lokhea rubra ( Darah merah berisi sedikit stolse ). Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit hepatitis, jantung, asma, ginjal, TBC, DM, malaria dan HIV/AIDS. Ibu tidak sedang menderita suatu penyakit apapun.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak mempunyai riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, ginjal, TBC, DM, malaria, HIV/AIDS dan tidak ada keturunan kembar.
e. Riwayat perkawinan
Ibu menikah 1 kali, umur 25 tahun, dengan suami umur 30 tahun, lama pernikahan 3,5 tahun.
f. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi
Menarche : umur 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Banyak : sehari ganti pembalut 2-3 kali
Bau : khas
Warna : merah segar
Konsistensi : cair
Dismenorhea : kadang-kadang
Flour Albus : sebelum dan setelah menstruasi
HPHT : 28 – 01 – 2009



2) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
a) Anak pertama Laki – laki umur 2,5 tahun lahir spontan dengan dokter di Rumah Sakit BB 4300gram PB 50cm. minum ASI 1,5 tahun nifas normal
b) Hamil ini
3) Riwayat kehamilan sekarang
a) Ibu mengatakan pernah melahirkan 2 kali dan tidak pernah keguguran.
b) HPHT : 28 – 01 – 2009
c) HPL : 4 – 11 – 2009
d) Umur kehamilan : 39 Minggu 4 hari
e) ANC : 12 kali di bidan
f) Trimester I : ANC 4 kali di bidan
Keluhan : mual dan muntah
Therapy : Tab Fe 1 x 1
Kalk 1 x 1, B6 3x1
g) Trimester II : ANC 4 kali di bidan
Keluhan : tidak ada keluhan
Therapy : Tab Fe 1 x 1
Kalk 1 x 1
h) Trimester III : ANC 4 kali di bidan
Keluhan : tidak ada keluhan
Therapy : Tab Fe 1 x 1
Kalk 1 x 1
i) Imunisasi TTI diberikan pada umur kehamilan 20 minggu, TTII diberikan pada umur kehamilan 24 minggu.
j) Konsumsi obat-obatan selama hamil, yaitu ; B6, Kalk, Tablet Fe
k) Ibu hanya mengkonsumsi obat dari bidan.
l) ibu tidak mempunyai kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kehamilannya seperti merokok, minum alkohol, narkoba dan minum jamu-jamuan.
4) Riwayat persalinan sekarang
Ibu datang ke BPRB Tiara tanggal 30 Oktober 2009 jam 11.00 WIB, untuk memeriksakan kehamilannya karena sudah merasakan kenceng-kenceng sejak jam 05.00WIB.
Tanggal persalinan : 1 November 2009
Jenis Persalinan : Normal
Jam : 06.30 WIB
Penolong : Bidan
Bayi lahir jam : 07.00 WIB
Jenis kelamin : perempuan, Normal ( Labia mayor menutupi Labia minor )
Berat badan : 3100 gram
Panjang badan : 47 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lama persalinan dan jumlah perdarahan
Kurang lebih 30 menit jumlah perdarahan kurang lebih 350cc
Keadaan placenta
Placenta lahir lengkap, kotiledon-kotiledonnya utuh, bentuk bulat, lebar kurang lebih 2,5cm, panjang kurang lebih 50cm, tebal kurang lebih 3cm, insersi marginalis
5) Riwayat Nifas sekarang
Sejak lahir sampai hari ke-1 bayi hanya minum ASI dari ibu. Karena ibu ingin menerapkan ASI eksklusif pada bayinya. Selama masa nifas hari ke-1 ibu tidak ada keluhan apapun. ASI keluar lancar. Bayi menyusu dengan baik. Kontraksi uterus baik, pengeluaran pervaginam berupa lokhea rubra dan tidak ada perdarahan.
g. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik 3 bulan selama kurang lebih 1,5 tahun. Alasan berhenti karena ibu dan suami menginginkan anak lagi.
h. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Selama Trimester III : makan 3-4 x/hari, porsi 1 piring, menu nasi, lauk, sayur, minum 7-8 gelas/hari, air putih, teh, kadang susu.
Sekarang : makan 3-4 x/hari, porsi ½ piring, menu nasi, lauk, sayur, minum 7-8 gelas/hari, air putih, teh.
2) Eliminasi
Selama trimester III : BAB 1 x/hari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, BAK 6-7 x/hari, warna kuning jernih, bau khas amoniak.
Sekarang : setelah bersalin sampai nifas hari ke-1 belum bisa BAB, BAK 4-5 x/hari kurang lebih 1000-1500 cc/hari.
3) Istirahat
Selama trimester III : Ibu jarang tidur siang, tidur malam kurang lebih 7 jam/hari.
Sekarang : tidur siang kurang lebih 1-2 jam/hari, tidur malam kurang sering karena bangun untuk menyusui bayinya dan ganti popok
4) Aktivitas
Selama trimester III : ibu mengatakan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dan dibantu suami dan keluarga.
Sekarang : ibu sudah terlihat mobilisasi dan sudah menyusui bayinya lebih sering dari hari ke 0 postpatum
5) Personal hygiene
Selama trimester III : mandi 2 x/hari, gosok gigi 3x/hari, keramas 3 x/hari, ganti baju 2 x/hari.
Sekarang : mandi 2 x/hari, gosok gigi 2x/hari, sudah keramas, ganti baju 2 x/hari, ganti pembalut 2-3 x/hari atau ketika ibu merasa pembalutnya sudah penuh.
6) Seksual
Selama trimester III : ibu melakukan hubungan sekual 1 x/minggu.
Sekarang : ibu belum melakukan hubungan seksual

i. Data Psikososial, Spiritual, kultural
1) Tanggapan ibu terhadap kondisi setelah persalinan : ibu mengatakn bahwa proses nifas yang dialaminya akan baik – baik saja dan tidak aka nada pantangan terhadap makanan yang hendak dikonsumsinya nanti. Supaya gizi yang diberikan pada bayinya melalui ASI ibu banyak mengandung nutrisi.
2) Tanggapan keluarga tentang masa nifasnya : Keluarga ibu dan suami mendukung ibu dan tidak memberikan pantangan makanan yang diberikan pada ibu
3) Hubungan ibu dan keluarga dan lingkungannya : baik
4) Ibu taat menjalankan sholat 5 waktu, namun saat ini ibu tidak menjalankan sholat karena ibu sedang dalam masa nifas, dan ibu hanya berdoa
5) Bila ada masalah selalu dibicarakan dengan suami dan keluarga
j. Data pengetahuan terhadap kondisi yang dialami
Ibu mengerti tentang kondisi yang dialaminya sekarang
k. Lingkungan yang berpengaruh
1) Ibu tinggal di daerah kota
2) Ibu tinggal bersama suami dan anaknya
3) Ibu tinggal di rumah sendiri
4) Ibu tidak mempunyai binatang peliharaan, seperti : anjing, kucing, dll


B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80x / Menit
Rr : 22x / menit
S : 36,5°C
d. BB : 69 kg
TB : 158 cm
Lila : 28,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih, Rambut hitam dan tidak rontok, tidak ada benjolan
b. Muka : Simetris, tidak ada cloasmagravidarum, tidak anemis, tidak oedem
c. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
d. Hidung : Bersih, tidak ada pembesaran polip
e. Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, vena jugularis tidak membesar
h. Dada : Simetris, Tidak ada pembesaran Thorax, pernapasan normal
i. Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
j. Abdomen : Ada striegravidarum, ada linea nigra, tidak ada bekas luka operasi
k. Genetalia : tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak oedeme, tidak ada varises, tidak ada condiloma
l. Ekstremitas : Tidak oedeme, tidak ada varices, normal, bebas di gerakan
m. Anus : Bersih, tidak ada Hemoroid
3. Status Obstetric
a. Inspeksi
Muka : Tidak ada oedeme, tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat
Payudara : Areola menghitam, punting susu menonjol
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra, ada striegravidarum
b. Palpasi
Payudara : Tidak ada benjolan, ASI sudah keluar
Abdomen : TFU teraba 3 jari dibawah pusat

II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. D PIIA0 usia 29 th Nifas normal hari I dengan ASI eksklusif
Data dasar :
DS : - Ibu mengatakan usianya 29 tahun
- Ibu mengatakan ini persalinan yang kedua, ibu pernah melahirkan 1 kali sebelumnya, dan ibu tidak pernah keguguran
- Ibu mengatakan melahirkan bayinya 1 hari lalu tanggal 1 november 2009
- Ibu mengatakan hendak memberkan ASI eksklusif saja pada bayinya hingga usia 6 bhulan tanpa tambahan makanan apapun
DO :
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110 / 70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 22 x / menit
Pernapasan : 36,5°C
B. Masalah : Tidak ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada

IV. ANTISIPASI
Tidak ada

Pengkajian Hari ke 1 Post Partum
V. PERENCANAAN
1. Observasi Keadaan umum dan TTV ibu
2. Observasi Pengeluaran ASI, TFU, Kontraksi uterus, Konsistensi Uterus, Kandung kemih, dan Lokhea
3. Motivasi terus kapada ibu untuk memberikan ASI eksklusif
4. Berikan konseling ASI eksklusif pada ibu
5. Anjurkan ibu untuk memenuhi asupan nutrisinya dan beritahu ibu kebutuhan kalori ibu pada masa nifas ini
6. Anjurkan ibu untuk selalu personal hygiene
7. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya
8. Anjurkan ibu untuk minum obat yang diberikan bidan
9. Ajarkan pada ibu posisi menyusui yang benar

Pengkajian hari ke 1 Post Partum
VI. PELAKSANAAN
Tanggal 2 November 2009 pukul 08.30
1. Mengobservasi Keadaan umum dan TTV ibu
a. Melakukan pemeriksaan Inspeksi, dengan melihat keadaan ibu secara menyeluruh
b. Melakukan pemeriksaan vital sign dengan mengukur tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan ibu
2. Mengobservasi Pengeluaran ASI, TFU, Kontraksi uterus, Konsistensi Uterus, Kandung kemih, dan Lokhea
a. Melakukan pemeriksaan pada payudara secara menyeluruh dengan cara melakukan palpasi pada area payudara dan palpasi pada putting susu ibu
b. Melakukan pemeriksaan pada area abdomen. Melakukan palpasi pada abdomen, mengecek TFU, Kontraksi dan konsistensi uterus, serta mengecek kandung kemih. Jika kandung kemih penuh, anjurkan ibu untuk BAK agar tidak mengganggu kontraksi uterus
c. Melakukan inspeksi pada genetalia, mengecek pengeluaran pervaginam
3. Memotivasi terus kapada ibu untuk memberikan ASI eksklusif saja hingga bayi berusia 6 bulan. Jangan memberikan makanan apapun selain ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Agar system pencernaan pada bayi tidak terganggu dan pertumbuhan bayi sehat
4. Memberikan konseling ASI eksklusif pada ibu
a. Memberikan pengertian ASI eksklusif pada bayi, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim.
b. Memberitahu manfaat ASI eksklusif pada ibu dan bayi :
1) Manfaat bagi bayi
a) Komposisi sesuai kebutuhan.
b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.
c) ASI mengandung zat pelindung.
d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
e) Meninjang perkembangan kognitif.
f) Menunjang perkembangan penglihatan.
g) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.
2) Manfaat bagi ibu
a) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula.
b) Mencegah anemia defisiensi zat besi.
c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
d) Menunda kesuburan.
e) Menimbulkan perasaan dibutuhkan.
f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
c. Memberitahu ibu cara penyimpanan ASI ;
1) ASI dapat disimpan dalam botol gelas / plastic, termasuk plastic klip, kurang lebih 80 – 100 cc
2) ASI yang disimpan dalam frezzer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 2 hari
3) ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4°C
4) ASI beku tidak boleh dimasak / dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam dalam air hangat
d. Memberitahu cara pemberian ASI dan Lama memberikannya ;
1) Cara Pemberian ASI
Ibu hendaknya duduk dengan enak di kursi dengan sandaran, hingga punggung ditunjang oleh sandaran tersebut. Gerakan puting susu di ujung mulut bayi untuk merangsangnya hingga puting akan dimasukkan ke dalam mulutnya dengan bibir menutup aerola, akan tetapi jangan sampai lubang hidung bayi tertutup hingga sukar bernafas. Mungkin ASI belum keluar, akan tetapi pengisapan ini memberi rangsangan bagi pembuatan ASI. Pada hari pertama jangan biarkan bayi menghisap terlalu lama untuk menghindarkan rasa sakit pada puting.
2) Lama Menyusui
Dalam dua hari pertama produksi ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari berikutnya bayi dapat menyusui selama 15 – 20 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar pada 5 – 10 menit pertama dari tiap payudara. Sebaiknya harus diperhatikan bahwa bayi yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar, mungkin juga oleh mulas (kolik, gerakan usus yang berlebihan, sedang sakit dan sebagainya).
e. Ibu menyusui harus istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
f. Perhatian dan dukungan keluarga penting terutama suami untuk menunjang keberhasilan menyusui.
g. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menyusui seperti payudara bengkak disertai demam.
h. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bayi mereka.
i. Memperhatikan gizi / makanan anak, terutama mulai 6 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan nutrisinya dan beritahu ibu kebutuhan kalori ibu pada masa nifas ini, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum 8 gelas / hari.
6. Menganjurkan ibu untuk selalu personal hygiene, menjaga area genetalia. Cebok dengan air hangat setelah BAB / BAK kemudian dikeringkan lalu menggunakan celana yang kering dan bersih. Ganti celana dalam tiap kali basah, agar area genetalia tidak lembab. Ganti pembalut tiap kali penuh atau ibu sudah merasa tidak nyaman.
7. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya, selalu emngganti popok bayi tiap kali habis ngompol atau BAB. Memberikan baju dan dibedong tiap kali habis mandi. Diberikan selimut tiap kali cuaca terasa dingin.
8. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang diberikan bidan. Minum amoxicillin 3 x 1, methylergometrin 3 x 1, tablet fe 1 x 1 setelah makan

Pengkajian Hari ke 1 Post Partum
V. EVALUASI
Pada tanggal 2 November 2009 pukul 10.30
1. Keadaan umum ibu baik dan TTV ibu dalam batas normal :
TD : 110 / 70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 22 x / menit
Pernapasan : 36,5°C
2. Pengeluaran ASI lancar dan produksi ASI banyak, TFU 3 jari dibawah pusat, Kontraksi uterus baik, Konsistensi Uterus keras, Kandung kemih kosong, dan PPV Lokhea rubra ( berisi darah warna merah dan sedikit stolse )
3. Ibu akan memberikan ASI eksklusif saja pada bayi hingga usia 6 bulan tanpa diberikan makanan pendamping ASI
4. Ibu mengerti semua penjelasan bidan yang diberikan pada ibu, meliputi :
a. Pengertian ASI eksklusif
b. Manfaat ASI bagi Ibu dan Bayi
c. Cara penyimpanan ASI
d. Cara pemberian dan lama pemberian ASI
e. Dan lain halnya mengenai ASI eksklusif
5. Ibu memenuhi asupan nutrisinya, dengan mengkonsumsi 1 porsi nasi putih, sayur bayam, ikan dan tahu dan buah pisang. Ibu mengkonsumsi 1 gelas susu ibu menyusui diminum pada pagi hari setelah 1 jam minum obat. Ibu juga mengerti kebutuhan kalorinya pada masa nifas ini yaitu 2700 kcal. Dengan tambahan sebesar 500-700 kcal tersebut tak lain diperlukan untuk keperluan biosintesis ASI.
6. Ibu selalu personal hygiene, dengan mencebok dengan air hangat dan bersih lalu dikeringkan. Selalu mengganti celana dalam tiap kali basah
7. Ibu selalu menjaga kehangatan bayinya dengan memberikan baju dan dibedong setelah selesai mandi. Memberi minyak telon terlebih dahulu sebelum mengenakan baju. Dan selalu member selimut jika malam hari
8. Ibu selalu minum obat yang diberikan bidan tepat pada waktunya setelah selesai makan

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta. 2004
2. WHO. Exclusive Breastfeeding. 2001
3. Health Canada. Exclusive Breastfeeding Duration - 2004 Health Canada Recommendation. 2004 ISBN 0662378091
4. 4Soraya, Luluk. Resiko Pemberian MPASI Terlalu Dini. 2006
5. BMSG. Practical Hints on Breastfeeding, Second edition revised. Breastfeeding Mothers’ Support Group (Singapore) , 2001
6. World Health Organization (WHO). Infant Feeding Guidelines. 2003. Information for Health Professionals on Infant Feeding.
7. World Health Organization (WHO). 2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding.
8. World Health Organization (WHO). Complementary feeding. Report of the global consultation. Summary of guiding principles. Geneva, 10-13 December 2001.
9. Ayahbunda. Stop MPASI terlalu dini. Edisi/No.01 Januari 2005.
10. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 30-35).
11. http://www.linkagesproject.org/media/publications/ENA-References/Indonesia/Ref4.7%20.pdf Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja :Satu-Satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diunduh 13 November 2009 – 18:20 WIB.
12. http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/ Diunduh 13 November 2009 – 19:00 WIB.
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 38-40).
www.lusa.web.id Lusa. 2008. Gizi Seimbang Bagi Bayi. Diunduh 13 November 2009 – 21: 00 WIB.
NOTA ORDER (SUFIJAYA SEMARANG)

TULIS NAMA BARANG YANG DIPESAN :

1. jumlah pesanan 2. Nama produk *
Contoh : 10 tuntunan sholat penerbit toha putra + 10 keistimewaan asmaulhusna di jaman modern penerbit sufijaya
Keterangan
contoh : tuntunan sholatnya yang kecil, yang harganya 4000 (jika tidak ada kosongi saja)

TULIS BIODATA LENGKAP PENGIRIMAN(untuk menentukan ongkos kirimnya)

Nama lengkap *
Alamat lengkap *
Nomer telpon / handphone *

REKENING REFUND (PENGEMBALIAN UANG) PELANGGAN

Dibutuhkan jika tiba2 terjadi setelah pelanggan transfer mendadak stok habis maka kami mengembalikan uang transfer sepenuhnya tanpa potongan. jika rekening refund menyusul lewat sms maka di kosongi saja

NAMA BANK

contoh : BRI KCP cab tlogosari semarang
Atas Nama :
Contoh : Tahif Mustabiq Sufi
Nomer rekening :
contoh : 1138-01-002149-50-1
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image: [Refresh Image] [What's This?]