RADIO DAKWAH ISLAM
MASJID AGUNG JAWA TENGAH
--------------------------------------------
TEMA : TOLONG MENOLONG SESAMA MUSLIM
JUDUL : SUARA HATI
NASKAH : NUGIE
PENYELENGGARA : RADIO DAKWAH ISLAM
DISIARKAN :
1. OPERATOR : TUNE PEMBUKA FADE IN UPDOWN TO FADE OUT
2. NARATOR : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kaum Muslim, ada banyak lembaga yang merangkum zakat,
infaq dan shodaqoh dengan maksud agar penyalurannya lebih
tepat sasaran. Akan tetapi, maksud agar tepat sasaran tersebut
terkadang justru membuat nurani menjadi tak terdengar.
Kenyataan yang memprihatinkan itulah yang menjadi topik
dalam obrolan kali ini yang berjudul “SUARA HATI”.
Persembahan Radio Dakwah Islam. Selamat mengikuti.
3. OPERATOR : MUSIC FADE IN UP DOWN TO FADE OUT
SFX ; SUASANA WARUNG
4. OPERATOR : SUARA LANGKAH KAKI, BERHENTI, LALU SUARA
ORANG DUDUK DI KURSI KAYU
5. Sukendar : (MENYAPA RAMAH) Wee, Kang Sarjono. Mau buka puasa,
Kang ?
6. Sarjono : Iya, Ndar.
7. Yuni : Tumben, Kang, buka puasa di warung….
8. Sarjono : Ibuku lagi pulang ke Jawa Timur…Nggak ada yang masak.
9. Sukendar dan Yuni : Woo…
10. Sarjono : Yun ! Es teh….
11. Yuni : Nggak mau nyoba kolak bikinanku ? Seger lho, Kang.
Sukendar saja nambah….Ya, Ndar?
12. Sukendar : Iya, Kang. Enak tenan lho…
13. Sarjono : Tadi di masjid sudah dikasih kolak gratis. Es teh saja lah…
14. Yuni : Ya wis….
15. OPERATOR : SFX ; SUARA AIR DITUANG KE GELAS, SUARA
MENARUH TEKO, SUARA MENGADUK AIR, SUARA
MEMASUKKAN ES DALAM GELAS
16. Yuni : Ini, Kang…
17. Sarjono : Makasih, Yun…
18. Yuni : Makan nggak, Kang ?
19. Sarjono : Rames ! Pakeee……(BERPIKIR SEJENAK) Ha ! Itu saja !
Pindang …. Sambelnya dikit aja, Yun…
20. Yuni : (BERGAYA MILITER) Siap !
21. Sarjono : Heh ! Ati-ati, Yun! Pake hormat segala !
(KETAWA) Nyampluk gelas malah tombok kamu nanti !
22. Yuni : (MERENGES) Hi-hi...
23. Sukendar : Kang Sarjono !
24. Sarjono : Hm ?
25. Sukendar : Dari tadi, tak lihat kamu kok sering nengok kearah timur ,
Kang. Ada apa to ?
26. Sarjono : Lagi nunggu si Amir.
27. Sukendar : Lha kemana to ?
28. Sarjono : Lagi,….nyari bantuan….
29. Sukendar : Lho, lha kok kayak mau perang saja to , nyari bantuan segala..
30. Sarjono : Memang, Ndar. Ini lagi perang….
31. Sukendar : (KEJUT) Perang apa, Kang ? Kita ? Sama siapa ? Lawan
siapa?
32. Sarjono : Perang lawan kemiskinan, Perang lawan kedzoliman…..
33. Sukendar : Lha ! Kok …(TERPOTONG).
34. Yuni : (MENYELA) Kang, ramesnya….
35. OPERATOR : SFX ; SUARA ORANG MEGANG PIRING ADA
SENDOKNYA
36. Sarjono : (PROTES) Lhoo..!! Yun ! Mana pindangnya ?
37. Yuni : (NYENGENGES, MERASA BERSALAH) O, iya ! Maaf,
Kang….
38. Sarjono : (NGGRUNDEL) Jualan kok sama ngalamun. Mlayu kabeh
nanti konsumenmu….
39. Yuni : (CEPAT) Ini, Kang…
40. OPERATOR : SFX ; GADUH, TERUS SUARA GELAS JATUH DARI
MEJA, PECAH
41. Yuni : (BERSERU KERAS) Astaghfirullah !!!
42. Sukendar : Innalillaah….!! Kenapa to, Yun, kamu itu !
43. Yuni : (BERSALAH) Maaf, Kang…Maaf….
44. Sarjono : Tadi kan sudah tak warning tentang gelas itu…Nek
kesampluk…. Kok ya ndak langsung mbok pindah,
diselamatkan ke tempat yang aman…
45. OPERATOR : SFX ; SUARA ORANG MEMUNGUTI BELING
46. Yuni : (DARI BAWAH MEJA) Tadi itu aku mendengarkan
perbincangan kalian….
47. Sukendar : (SEOLAH DIINGATKAN) O, iya !! Yang tadi…. Piye, Kang
ceritanya ? Awalnya gimana itu ? Ada perang-perange segala
…
48. Sarjono : Tak sambi makan, ya ?
49. Sukendar : Ya-ya…monggo !
50. Sarjono : Begini, Ndar..Kemaren malem, ba’da maghrib, aku sama Amir
lagi duduk di serambi mesjid…
51. OPERATOR : SFX ; SUARA SENDOK MASUK KE MULUT
52. Sukendar : Mm..terus..?
53. Sarjono : (SAMBIL SESEKALI MENGUNYAH MAKANAN) Tiba-
tiba, seorang anak kecil mendekat dan bilang kalau butuh
bantuan….
54. Sukendar : Terus ?
55. OPERATOR : SFX ; SUARA MENYAPU AS BACKGROUND
56. Sarjono : …..katanya, kalau tidak dibantu, dia dan ibunya akan diusir
dari tempat kosnya…. (MENELAN)….Amir lalu nanya, butuh
berapa ? Terus si Faris, nama anak itu bilang, dua ratus ribu….
57. Sukendar : Terus ?
58. Sarjono : (MENCELA) Alah….kamu ndak kreatif!! Dari tadi terus-terus
tok !
59. Yuni : (MENGHUJAT) Iya ik ! Kamu tu nggak kreatif ok, Ndar. Lha
terus, piye kang Sarjono…?
60. Sukendar : (JENGKEL) Haaallah ! Jarkoni kamu, Yun ! Iso ujar ora iso
nglakoni..!! Nyatanya, kamu teras-terus-teras-terus juga !!
61. Yuni : (JUDES) Sirik !!!
62. Sarjono : (MELERAI) Wis..wis..!! Ini mau dilanjut ndak ceritanya ?!
63. Sukendar&Yuni : (SEREMPAK) Lanjut, Kang !
64. Sarjono : (BERDEHEM) Ehm..Ehm…naa..gituu…rukun…
65. Yuni : Ayolah, Kang ! Cepet dilanjut !......
66. Sarjono : Tak tanya dia. Yang nyuruh dia minta bantuan ke sini siapa ?
…..Dia bilang ibunya. Tahu ndak, apa yang ada di pikiranku
saat itu ?!
67. Sukendar : Apa ?
68. Sarjono : Ibu si Faris ini pasti bodoh, tidak berpendidikan, pengin
enaknya sendiri, dan berbagai kecamuk pikiran negatif
lain….!!
69. Yuni : Kenapa, Kang ? Apa karena dia nyuruh-nyuruh anaknya minta
bantuan ?
70. Sukendar : Kok nggak dia sendiri, gitu, Kang ?
71. Sarjono : Yap ! Itu namanya eksploitasi pada anak ! Kekerasan
psikologis pada anak ! Aku menganggap keterlaluan kalau ada
orang tua yang membuat anaknya harus menanggung beban
pikiran para orang tua.. Biarkan anak-anak hidup dalam dunia
mereka…dunia yang penuh suka cita…penuh ceria…kalaupun
ada beban dalam kehidupan, ya biar itu jadi urusan orang
tua….tapi…..
72. Sukendar : Tapi apa, Kang ?
73. Sarjono : Dalam kasus ini beda. Ketika kemudian aku anak itu, kalau aku
ke rumahnya dan bertemu ibunya…..
74. Sukendar : Ibunya cantik, Kang ?
75. Sarjono : Kamu ni gimana to, Ndar. Kok masih sempat dalam otakmu
terlintas pikiran seperti itu ?
76. Sukendar : Yaa…kupikir itu yang membuat persepsi kamu beda. Gara-
gara ibunya cakep....
77. Sarjono : (JENGKEL) Fitnah itu namanya….
78. Yuni : Udaaahh…Nggak usah berlarut-larut. Yang penting kelanjutan
ceritanya gimana ?
79. Sukendar : Ya, Kang. Maaf….
80. Sarjono : Ibunya itu biasa. Ceking. Dia seorang wanita dengan tiga orang
anak yang harus berjuang sendiri karena ditinggal pergi
suaminya…..
81. Yuni : Jadi, dia janda ?
82. Sarjono : Bisa dibilang begitu. Wong sudah dua tahun tidak dinafkahi,
tidak dikabari…
83. Sukendar : Anaknya usia berapa, Kang ?
84. Sarjono : Yang pertama si Faris, kelas enam SD, terus adiknya masih
duduk di bangku TK, dan yang paling kecil umur dua tahun. Si
Faris ini termasuk anak pinter. Berprestasi. Sering ikut lomba
dan biasanya masuk tiga besar. Maka si Ibu selalu
memperhatikan pendidikannya…
85. Yuni : Kang, lha ibunya kerja apa ?
86. Sarjono : Jadi pembantu. Gajinya tiga ratus ribu rupiah sebulan.
Bayangkan, kosnya duaratus. Cuma sisa seratus ribu buat biaya
sekolah dan makan. Alhamdulillah si ibu ini punya
keterampilan bikin kristik. Jadi, dia nyambi. Lumayan katanya.
Sebulan bisa untung rata-rata seratus lima puluh ribuan. Setiap
bulan dia harus mengatur keuangannya sedemikian rupa agar
jangan sampai biaya pendidikan anaknya terabaikan. Dia ingin,
kelak anaknya menjadi orang berhasil. Baru setelah itu dia
bayar kos. Dan untuk urusan makan, katanya bisa ditunda.
Yang penting anak-anaknya sudah makan, beres… Masya
Allah…Tetapi kali ini dia mengalami ujian, kristiknya cuma
laku sedikit. Dan karena itulah, dia sangat butuh uluran
tangan….
87. Sukendar : Kang, bagaimana kalau kita usulkan dia ke LURIZ,Lembaga
Urusan Infaq dan Zakat di mesjid kita ?
88. Sarjono : Tadinya aku juga usul gitu sama si ibu. Tapi….ternyata dia
sudah mencoba kesana.
89. Sukendar : Terus ?
90. Yuni : Ditolak paling!
91. Sukendar : Mosok, Yun ? Ngaco kamu. LURIZ itu lembaga terpercaya,
amanah…Terkenal sampai kemana saja…Ya kan, Kang ?
92. Sarjono : Sayangnya,…Yuni benar, Ndar. LURIZ menolak membantu
Ibu tadi…..
93. Sukendar : Lha kenapa ? Mereka kan amil, ..penyalur ? Kok nggak mau
membantu ! Padahal ada yang lagi butuh !
94. Yuni : Alasannya mungkin sama dengan waktu mereka nolak Yu
Darmi….
95. Sukendar : Yu Darmi dari desa Sendang Gawang ?
96. Yuni : Ya.
97. Sarjono : Yu Darmi pernah minta bantuan ke sana to, Yun ?
98. Yuni : Iya, Kang. Sekitar enam bulan lalu….
99. Sukendar : Emang, apa alasan LURIZ nolak Yu Darmi waktu minta
bantuan ke sana ?
100. Yuni : Mereka nggak mau salah sasaran dalam menyalurkan amanah
para muzakkiy. Mereka menganggap Yu Darmi belum layak
menerima bantuan dari LURIZ. Dan ketika itu LURIZ lebih
memilih menyumbang ke Klaten yang dilanda gempa…
101. Sukendar : Oo…berarti alasan LURIZ masuk akal. Mereka nggak pengin
salah dalam menyalurkan dana. Logis dan tepat menurutku.
Dan lagi, Klaten memang sangat butuh bantuan waktu itu….
102. Yuni : Satu sisi, kamu benar dengan penilaian terhadap keputusan
LURIZ itu. Tapi,….
103. Sukendar : Lho ! Kok pake tapi…..?!
104. Yuni : Ya jelas ! Kalo kamu tahu apa yang terjadi pada Yu Darmi
selanjutnya, bisa jadi kamu berubah pikiran .
105. Sukendar : Memangnya….Yu Darmi kenapa ?
106. Yuni : Saking kepepetnya waktu itu, dia dateng ke rumah Pak Rafael.
107. Sukendar : Juragan tanah itu ?
108. Yuni : (AGAK SENGIT) Jangan lihat ‘Juragan’nya…..
109. Sarjono : (CEPAT) Yang…..
110. Yuni : Iya……(AGAK BERBISIK) …yang pendeta itu…..
111. Sukendar : Lha terus, kenapa kalo dia pendeta ?! Jangan su’udzon, ahh..!!
112. Yuni : (SEWOT) Su’udzon – su’udzon !! Sekarang ini Yu Darmi
sudah murtad !
113. Sukendar : (AGAK KASAR) Jangan fitnah kamu, Yun ! Aku masih lihat
Yu Darmi sholat di musholla……
114. Yuni : (MASIH SEWOT) Kapan ?
115. Sukendar : Pas aku di rumahnya Supadjar…
116. Yuni : (TAMBAH SEWOT) Bukaan ! ‘Kapan’ itu sebuah pertanyaan
yang butuh jawaban yang mengacu pada ‘waktu’. Timing.
Jadi, jawabanmu tadi nggak nyambung !
117. Sukendar : (BERPIKIR) Mmm…sekitar dua bulan yang lalu…
118. Yuni : (AGAK MENURUN SEWOTNYA) Sekarang kamu ke rumah
Supadjar dan tanya ! Bener nggak ceritaku tentang Yu Darmi !
Jangan asal nuduh aku biang fitnah !
119. Sarjono : Yuni betul, Ndar. Aku juga sudah dengar itu. Di desa Sendang
Gawang, ada tujuh keluarga yang berhasil dimurtadkan.
Semuanya dengan alasan sama. Ekonomi ! Ketujuh keluarga
itu menerima bantuan untuk mencukupi kebutuhan pokok tiap
bulannya dan anak-anaknya akan disekolahkan sampai lulus
kuliah. Siapa yang tidak tergiur ? Apalagi ketika benar-
benar dalam kondisi terjepit. Kondisi butuh.
120. Sukendar : Tergantung imannya to, Kang ! Kalo imannya kuat, nggak
mungkin akan tergoda !
121. Sarjono : Jarang, Ndar ! Jarang ! Teori tentang keimanan itu mudah, tapi
prakteknya, jauh lebih sulit. Dan itu pula yang aku takutkan
bakal terjadi pada ibunya si Faris. Kalo sampai kejadian dia
kepegang misionaris, terus dia ngikut mereka, semua yang
pernah diminta bantuan sama dia dan TIDAK bersedia
membantu, akan ikut dosa….
122. Yuni : Lha kalo memang kita juga nggak mampu ?
123. Sarjono : Lain, Yun…..…ini cuma buat yang mampu membantu tapi
tidak mau. Kalo yang memang tidak mampu, ya mesti di
ma’fu.
124. Yuni : LURIZ termasuk golongan mana, Kang ?
125. Sarjono : Wallaahu a’lam, Yun. Cuma, dari sudut pandangku sebagai
manusia, kayaknya kok kurang pas keputusan mereka untuk
memilih tidak membantu…
126. Sukendar : Lho ! Tapi, keputusan itu pastinya berdasarkan pemikiran
yang bijak to, Kang. Wong lembaga sekelas LURIZ gitu loh !
127. Sarjono : Justru karena itu, Ndar. Kalo lembaga sekelas LURIZ gitu loh,
seyogyanya jangan langsung menolak…..
128. Sukendar : Soalnya begini, Kang….banyak orang yang senang memainkan
sandiwara, berpura-pura jadi orang butuh.. Orang yang
mampu lebih suka didaftar sebagai orang nggak mampu. Lihat
waktu masih ada SLT dulu. Terus, rumahnya si Haida pernah
didatengi ibu-ibu yang ngakunya butuh bantuan. Sekali
dikasih, besoknya dateng lagi-dateng lagi. Setelah dicek ke
rumahnya, ternyata dia orang mampu. Itu lho, Kang, yang
menurutku sedang diantisipasi oleh LURIZ.
129. Sarjono : Nah, maksudku ya itu, Ndar. Kamu sudah mengucapkan apa
yang mau aku katakan.
130. Sukendar : Apa?
131. Sarjono : Cek !!…..itu yang aku harap LURIZ lakukan. Jangan langsung
menolak, tapi cek dulu. Benar apa tidak dia butuh bantuan ?
Kalo tidak butuh, tidak pantas menerima bantuan, okelah.
Tolak ! Tapi ketiwasan ditolak, ternyata memang butuh,
gimana ?
132. Sukendar : Apa nggak buang-buang waktu ?
133. Sarjono : Kalo bohoong,… Kalo benar ? Pahala yang besar di depan
mata, Ndar.
134. Yuni : Atau, kalau mereka tidak mau mensurvey karena hal tertentu.
Dan juga tidak mau membantu secara kontinyu, mbok yao
Bantu yang urgent saja. Biaya kosnya itu saja, untuk bulan ini
saja. Thok-thil !
135. Sukendar : Kalian kok kayaknya bermaksud menghujat LURIZ ?
136. Sarjono : Ha-ha-ha…bukan, Ndar, bukan. Aku cuma khawatir. Islam
runtuh gara-gara perilaku kita sendiri yang tidak mau memakai
suara hati untuk tetap tolong menolong terhadap sesama
saudara muslim.
137. Sukendar&Yuni : Na’udzubillahi min dzaalik…..
138. Sukendar : Kang Sarjono !
139. Sarjono : Hm.
140. Sukendar : Ceritamu panjang lebar. Tapi dari tadi aku nggak menemukan
kisah Kang Amir. Nyari bantuan kemana dia, Kang ?
141. Sarjono : Amir itu, sekarang lagi ke DMP-Dompet Muslim Peduli. Siapa
tahu mereka bisa membantu ibunya si Faris secara kontinyu.
142. Sukendar : Ooo…begitu…
143. OPERATOR : SFX ; ADZAN BERKUMANDANG DARI KEJAUHAN
144. Sarjono : Wah…..ndak terasa. Ternyata sudah Isya’. Berapa, Yun ?
145. Yuni : Rames, pindang, Es teh…….Tiga ribu lima ratus, Kang.
146. Sarjono : Ini, Yun. Lima ratusan semua tuh. Ndak papa ya ?
147. Yuni : Nggak papa, Kang. Malah bisa buat kembalian.
148. OPERATOR : SFX ; SUARA UANG LOGAM DI TARUH DI MEJA SATU
PERSATU SEBANYAK TUJUH KALI
149. Yuni : Makasih, Kang.
150. Sarjono : Ya….. Ndar, ayo tarawih…
151. Sukendar : Ya, Kang. Kamu jalan dulu saja. Nanti tak susul…
152. Sarjono : Ya wis…..
153. OPERATOR : SFX ; ORANG JALAN FADING OUT TO BACKGROUND
154. Sukendar : (BERBISIK) Sssttt, Yun !
155. Yuni : (CURIGA) Apa ?
156. Sukendar : (BERBISIK) Ssssstt…… jangan keras-keras ! Aku…ngutang
dulu.
157. Yuni : (KERAS) Apa ?!!
158. Sukendar : (TAKUT KETAHUAN) Ssssttt………
159. OPERATOR : SFX ; ORANG JALAN BERHENTI
160. Sarjono : (OFF MIKE) Ayo, Ndar !
161. Sukendar : (TERIAK) Ya, Kang ! (KEMBALI BERBISIK) Besok, Yun .
Besok .
162. OPERATOR : SFX ; ORANG BERLARI FADING OUT
163. Yuni : (TERIAK) Dasar !!
164. OPERATOR : MUSIC FADE IN UP DOWN TO FADE OUT
165. NARATOR : Kaum Muslimin, demikian tadi telah kita ikuti obrolan yang
mencoba menyeru agar kita tetap rela untuk tolong menolong
terutama kepada saudara muslim yang membutuhkan bantuan,
demi tegaknya Diinul Islam yang kita cintai.
Obrolan ini dimainkan :
Nugi sebagai Kang Sarjono,
.Fadjar. selaku Yuni, Dan Sukendar diperankan Aziz..
Narator disuarakan oleh ………..
Kerabat kerja yang bertugas:
Produser : Yu Pu
Produser pelaksana : Kang Wi
Penulis naskah : Nugi
Operator Produksi : ……..
Pengarah acara : ………….
Segenap kerabat kerja undur diri, sampai
jumpa dalam kisah yang lain.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh