Pertanyaan ke-19
Apakah membaca Al Asmaul Husna harus fasih?
a. Nama : fasih lebih baik - tidak fasih tidak apa.
Bahasa : harus fasih, karena kalau tidak fasih akan berakibat lain arti, salah pengertian, tidak sesuai dengan maksud dari bahasa.
Al Qur'an : harus fasih, karena itu adalah BAHASA.
b. ISMI ROBBIK = Nama Tuhan : perintahnya اِقْرَأ : bacalah.
Kalau Al Qur'an, ada Iqro': اِقْرَأ : bacalah - ada Rottil : رَتِّلْ : baca dengan fasih
Ada lagi تَدَبَّرُ : baca dan angan-angan artinya : اَفَلاَيَتَدَبَّرُوْنَ اْلقُرْآنَ
c. Dari umur
Untuk anak-anak tentu belum fasih, maka dididik secara bertahap, misal SUHARTO, Anak memanggil SUHALTO, R jadi L, ya nggak apa.
d. Untuk daerah tertentu, seperti Kebumen, membaca ع : 'Ain, mereka membaca Ngain. Asma' يَاعَلِيْمُ : mestinya Ya 'aliim, tapi mereka baca Ya Ngaliim. Untuk Asma' tidak apa, tapi untuk bahasa, terutama Al Qur'an diusahakan sefasih mungkin.
e. Nama, dalam panggilan, tidak fasih tetap berhasil. Isyarah, tanpa memanggil nama juga berhasil, contoh kita memanggil orang dengan tepuk tangan, lalu dengan lambaian tangan, berhasil juga.
f. Thoriqoh : kadang memanggil penuh nama الله tetapi kadang memanggil dengan Isyarah هُوَ : Dia.
Kesimpulan :
1. Yang penting membaca Nama Tuhan. ( Lihat Surat Al Alaq 1 - 2 )
2. Fasih lebih baik, belum fasih tidak apa.
3. Nama langsung boleh, dengan Isyarah juga boleh.
Penentu keberhasilan memanggil : bukan dari fasih dan tidak fasih. Tetapi dari Niat hati memanggil Allah. Niat ditata, Niat untuk memanggil Allah.
Nabi bersabda : ( )
اِنَّمَااْلاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ . وَاِنَّمَالِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوٰى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَايُصِيْبُهَااَوِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَافَهِجْرَتُهُ اِلىَ مَاهَاجَرَاِلَيْهِ .
Artinya : " Sesungguhnya amal itu dengan niat. Dan setiap orang akan menerima sesuai niatnya. Barang siapa niat hijrah hanya karena dunia atau wanita untuk dinikahi maka hijrahnya hanya dapat sesuai dengan niatnya "
= Bagaimana membacanya ( fasih / tidak fasih ) Niat memanggil Allah, maka tetap berhasil memanggil Allah.