Islamic Studies di Barat

رIslamic Studies di Barat
(Islamic Studies in the West)
Source: Afkar, 13 Juli 2006
Wawancara dengan Dr. Luthfi Assyaukanie, Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL), Jakarta.
Afkar: Sebelumnya, bisa anda ceritakan sekelumit sejarah Islamic studies di Barat? Kemudian, adakah peran untuk memperkaya khazanah turats Islam?
Kajian tentang keislaman mungkin sudah ada sejak abad ke-19, ketika para sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, dan khususnya dunia Islam. Sebetulnya, kalau kita mau tarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan Barat-Islam telah mulai sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di Perancis secara gencar mempelajari karya-karya sarjana Islam. Universitas yang menjadi cikal-bakal Universitas Paris-Sorbonne ini, secara intensif mengkaji karya-karya para filsuf Muslim, seperti Ibn Sina, al-Farabi, dan Ibn Rushd. Bahkan, pemikiran-pemikiran Ibn Rushd sangat digandrungi, sehingga kemudian mereka membentuk sebuah kelompok studi yang kelak disebut sebagai “Averoisme.”
Tentu saja, kajian keislaman pada masa silam berbeda dari kajian yang lebih modern. Di mana silam, kajian-kajian keislaman lebih terfokus pada bidang filsafat dan ilmu-pengetahuan. Karenanya, yang dipelajari oleh akademi Barat pada awal-awal Renaissance adalah karya-karya para filsuf dan saintis Muslim. Karya Ibn Sina, al-Qânûn fî al-Tibb, misalnya, menjadi rujukan paling penting ilmu kedokteran di Eropa selama lebih dari tiga abad. Begitu juga, buku penting Ibn Rushd, Fasl al-Maqâl, menjadi rujukan kaum tercerahkan di Eropa, untuk menghadapi dominasi Gereja. Sementara itu, di masa yang lebih modern, dunia akademi Barat lebih terbuka pada cabang-cabang keilmuan Islam yang lain. Tak hanya filsafat dan sains, tapi juga ilmu-ilmu keagamaan yang secara langsung “kurang bermanfaat” bagi peradaban Barat, seperti al-Qur’an, Hadis, Fikih, dan Sejarah. Berkembangnya kajian-kajian terhadap ilmu-ilmu ini, merupakan respon dari semakin meningkatnya kajian Arkeologis, Antropologis, Historis, dan Sosiologis, di Eropa. Dunia Islam, pada abad ke-19 menjadi salah satu “situs arkeologis” yang paling eksotis untuk dikaji.
Efek langsung dari meruyaknya kajian-kajian keislaman itu adalah banyaknya kajian-kajian keislaman yang didekati secara ilmiah dan kritis. Sebelum ini, di dunia Islam khususnya, kajian-kajian tentang al-Qur’an, Hadis, Fikih, dll, didakati secara apologetis. Tapi di dunia akademi Barat, semua ilmu itu disikapi secara obyektif, sama seperti mereka menyikapi ilmu-ilmu lain. Hasilnya adalah kita mendapatkan satu perspektif yang berbeda ketika melihat khazanah keilmuan Islam, tidak melulu berisi tentang glorifikasi tradisi, tapi juga aspek-aspek humanis yang membentuknya.
Afkar : Bagaimana pengaruh orientalis dalam Islamic Studies, termasuk sisi positif dan negatifnya?
Tak bisa dipungkiri bahwa sumbangan Orientalisme terhadap khazanah keislaman begitu besar. Salah satu jasa terbesar para Orientalis adalah meneliti sumber-sumber awal Islam yang masih dalam bentuk manuskrip, lalu mengedit (tahqîq), mengkatalogisasi, dan menerbitkannya dalam bentuk buku yang kemudian bisa diakses oleh setiap orang. Buku-buku hadis banyak di-tahqîq oleh para Orientalis. Dan perlu diingat, bahwa katalog (fihrist) kitab hadis yang enam (kutub al-sittah) yang digunakan di dunia Islam sampai sekarang ini, adalah karya seorang Orientalis.
Saya tak melihat sisi negatif dari Orientalisme kecuali pada aspek-aspek metodologis seperti banyak dikritik oleh sarjana studi budaya (cultural studies), seperti Edward Said. Tapi, pertengkaran soal metodologis adalah sesuatu yang lumrah dalam dunia akademi di Barat. Edward Said mengecam para Orientalis karena mereka dianggap sebagai perpanjangan kuasa, kolonialisme, dan hegemoni Barat. Kritik saya terhadap Said adalah bahwa dia terlalu sibuk dengan kekeliruan-kekeliruan Orientalisme sehingga mengabaikan dinamika yang kompleks dari disiplin ini. Satu hal yang sering dilupakan orang adalah bahwa kaum Orientalis adalah para ilmuwan juga yang akan mengkritisi temuan-temuan kolega mereka yang dianggap tidak akurat. Adalah kejadian yang lumrah seorang Jospeh Schacht mengkritik Arberry, atau seorang Montgomerry Watt mengkritik Arthur Jeffry.
Afkar: Apakah filsafat humanisme yang dijelitkan Barat selepas hengkangnya hegemoni theologi gereja abad ke-17, kemudian melahirkan kehidupan humanis, menjadi pemicu berpindahnya Islamic Studies dari Timur ke Barat?
Orang-orang Eropa telah memenangkan pertarungan melawan Gereja. Ilmu pengetahuan telah mengalahkan agama. Pada saat ini, orang-orang Barat menjadi sangat percaya diri. Bagi mereka, semuanya bisa ditundukkan dengan ilmu pengetahuan. Mereka tidak takut mempelajari apapun, termasuk mempelajari agama dan tradisi yang datang dari luar. Pada dasarnya, mereka memperlakukan Islam hanya sebagai disiplin keilmuan saja. Mereka mempelajari Islam untuk karir akademis, dan bukan untuk meyakini agama ini.
Afkar: Penerapan Islamic Studies dalam ranah teori dan praktek, serta keunggulanya?
Seperti saya katakan di atas, keunggulan studi Islam di Barat adalah pada aspek metodologi dan juga strategi. Yang saya maksud dengan strategi adalah bagaimana menguasai materi yang begitu banyak seefisien mungkin. Saya pernah belajar di Timur Tengah hampir tujuh tahun, tapi saya merasa semua ilmu yang saya dapat semestinya bisa diperoleh hanya dengan dua tahun, jika metodologi dan strateginya benar.
Afkar: Sesungguhnya motif kepentingan yang ingin diraih Islamic Studies di Barat?
Saya kira, motifnya pragmatis aja. Orang-orang Barat adalah orang yang pragmatis dan tak mau berpikir yang njlimet-jlimet. Kajian Islam dibuka karena ada yang mencarinya. Orang-orang Islam sekarang ini kan banyak belajar Islam di Barat. Ini merupakan keuntungan tersendiri, karena itu berarti ada pemasukan uang ke universitas.
Afkar: Peran Universitas-universitas di Barat dalam mengembangkan Islamic Studies, terutama dalam makhtuthat Keislaman?
Peran akademi Barat dalam mengedit naskah-naskah klasik mungkin sudah berakhir, karena sudah banyak yang dilakukan. Lagi pula, sekarang ini banyak kaum Muslim sendiri yang melakukannya. Di Timur Tengah, banyak bermunculan ahli manuskrip canggih seperti Muhammad Fuad al-Baqi, Muhsin Mahdi, dan Fuad Sizkin. Tugas akademisi Barat dalam hal manuskrip, saya kira, sudah selesai.
Afkar: Bagaimana anda meramalkan masa depan Islamic Studies di Barat?
Kajian keislaman pada dasarnya seperti kajian kewilayahan. Ia bersifat pasang-surut. Tergantung permintaan pasar dan suasana politik. Sebelum 9/11, kajian keislaman di Amerika Serikat boleh dibilang sedang mengalami paceklik. Tapi setelah peristiwa itu, banyak orang yang ingin tahu tentang Islam. Lalu, banyak universitas di Amerika menawarkan mata-kuliah tentang Islam. Kini, kajian keislaman di Amerika, boleh dibilang, lebih meriah ketimbang tahun 1980-an, ketika Fazlur Rahman, Ismail al-Faruqi, dan Sayyid Hossein Nasr, mendominasi studi keisalaman di negeri itu.
Afkar: Kemudian, dihadapkan pada senarai Islamic Studies di Barat, bagaimana masa depan Islamic Studies di Timur. Ramalan Anda!
Saya tidak terlalu memiliki harapan banyak dengan pusat-pusat studi Islam di dunia Muslim. Saya pernah berkunjung dan belajar di beberapa negara Muslim. Persoalan utama mereka adalah bahwa ilmu pengetahuan diajarkan secara ideologis dan politis. Ini tidak akan membantu sama sekali. Bagiamana Anda akan berkembang dalam mempelajari ilmu Hadis, misalnya, kalau belum apa-apa Anda tidak boleh mengkritik sahabat Nabi, karena ada kaedah “kullu al-shahâbi `udûl” (semua sahabat itu bijak). Ini adalah pembodohan luar biasa. Selama model pengajaran yang disampaikan di kampus-kampus Islam seperti ini, jangan harap ada perkembangan dalam keilmuan Islam.
NOTA ORDER (SUFIJAYA SEMARANG)

TULIS NAMA BARANG YANG DIPESAN :

1. jumlah pesanan 2. Nama produk *
Contoh : 10 tuntunan sholat penerbit toha putra + 10 keistimewaan asmaulhusna di jaman modern penerbit sufijaya
Keterangan
contoh : tuntunan sholatnya yang kecil, yang harganya 4000 (jika tidak ada kosongi saja)

TULIS BIODATA LENGKAP PENGIRIMAN(untuk menentukan ongkos kirimnya)

Nama lengkap *
Alamat lengkap *
Nomer telpon / handphone *

REKENING REFUND (PENGEMBALIAN UANG) PELANGGAN

Dibutuhkan jika tiba2 terjadi setelah pelanggan transfer mendadak stok habis maka kami mengembalikan uang transfer sepenuhnya tanpa potongan. jika rekening refund menyusul lewat sms maka di kosongi saja

NAMA BANK

contoh : BRI KCP cab tlogosari semarang
Atas Nama :
Contoh : Tahif Mustabiq Sufi
Nomer rekening :
contoh : 1138-01-002149-50-1
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image: [Refresh Image] [What's This?]